Senin, 10 November 2008

Seminar Sex

Tanggal 23 November 2008 jam 10.00-selesai, saya bersama tim Sex Clinic Omni International Hospital akan berbicara hal-hal terkait di dalam Hubungan Seksual Pasangan Suami Istri. Sebagai seorang Psikiater saya mempunyai tugas untuk memberikan presentasi tentang Peranan Psikologis Dalam Fungsi Seksual Manusia.
Bila ada yang berminat datang, dapat menghubungi Vero Bagian Marketing di telp (021) 5312 5555 ext. 8568
Sampai bertemu di Seminar

Senin, 20 Oktober 2008

KONGRES NASIONAL SKIZOFRENIA KE-5 : CLOSING THE TREATMENT GAP FOR SCHIZOPHRENIA

Tanggal 24-26 Oktober 2008 bertempat di Lombok, Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) Seksi Skizofrenia akan mengadakan kembali Kongres Nasional Skizofrenia. Kongres dua tahunan yang diadakan kelima kalinya ini tahun ini mengambil tema “CLOSING THE TREATMENT GAP FOR SCHIZOPHRENIA”. Tema ini diambil tentunya bukan tanpa alasan. Sampai saat ini informasi tentang gangguan jiwa Skizofrenia masih sangat minim. Masyrakat juga mengenal gangguan jiwa ini sebagai gangguan yang berat, memalukan dan perlu dihindari pasien maupun keluarganya. Stigma “GILA” sudah begitu lekat dengan pasien skizofrenia dan keluarganya. Hal ini belum lagi ditambah dengan kondisi gangguan jiwa seperti Skizofrenia yang pada beberapa kondisi memerlukan penanganan yang menyeluruh. Sayangnya ada kalanya terdapat perbedaan pendapat dalam menatalaksana pasien gangguan jiwa berat seperti Skizofrenia sehingga terkadang menimbulkan “gap” dalam tatalaksana di praktek klinis sendiri.

Lebih Jauh Mengenai Skizofrenia
Pasien skizofrenia seringkali luput dari perhatian kita. Data demografik menyatakan terdapat sekitar 1% populasi dunia yang menderita gangguan jiwa jenis ini, suatu jumlah yang sangat besar dengan populasi manusia dunia saat ini. Hal ini karena berhubungan dengan beban masyarakat dan Negara yang ditanggung karena penyakit ini. Dalam masyarakat pasien skizofrenia sering dianggap sudah tidak punya perasaan lagi dan terkadang dianggap berbahaya. Padahal mereka juga pasien yang sangat membutuhkan perhatian dari dokter dan keluarga serta masyarakat. Seringkali pasien dengan gangguan skizofrenia menjadi bulan-bulanan masyarakat. Mereka lebih sering disebut masyarakat sebagai orang gila. Stigma yang begitu melekat pada pasien gangguan skizofrenia adalah mereka berbahaya. Padahal pasien gangguan skizofrenia yang mempunyai kecenderungan berperilaku kekerasan hanya sebagian kecil saja yaitu tidak lebih dari 1 (satu) persen, itupun biasanya terjadi pada kondisi akut. Bila dalam perawatan, pasien kebanyakan tenang dan dapat mengendalikan diri. Selain itu kekerasan yang dilakukan pasien merupakan suatu tanda dan gejala dari manifestasi penyakitnya.
Tidak seperti penyakit fisik yang mempunyai target organ yang bermanifestasi pada gejala dan tanda fisik yang terdapat pada pasien, gangguan skizofrenia seperti umumnya gangguan jiwa mempunyai manifestasi tanda dan gejalanya pada perasaan (affective), perilaku (behavior) dan pikiran (cognition). Bila dibagi dalam bagian besar maka gejala klinis pasien skizofrenia dapat dibagi menjadi gejala negatif (menghindari pergaulan sosial, berdiam diri, afek yang tumpul sampai datar, tidak ada semangat untuk beraktivitas) serta gejala positif (gaduh gelisah, waham, halusinasi, bicara kacau). Maka tak heran jika orang lain melihat kalau pasien skizofrenia seringkali berperilaku dan mempunyai pikiran aneh. Hal itu sebenarnya merupakan manifestasi dari penyakitnya sendiri.
Banyak pasien skizofrenia yang dapat kembali menjalani kehidupan normal. Mereka mampu menyelesaikan pendidikannya dan dapat bekerja seperti kebanyakan orang. Sampai saat ini gangguan skizofrenia tidak diketahui secara pasti penyebabnya. Beberapa ahli mengatakan adanya suatu hubungan antara sistem dopaminergik di otak dengan penyakit skizofrenia ini. Hipotesis tentang sistem dopamin ini mengatakan terdapat aktivitas yang berlebihan dari sistem ini. Jaras yang dianggap paling berperan terhadap timbulnya gejala terutama waham dan halusinasi adalah jaras mesolimbik, sehingga sampai saat ini pengobatan oleh obat-obat antipsikotik bertujuan untuk menurunkan aktivitas dari sistem yang terlibat ini. Belakangan penelitian juga mengungkapkan adanya peranan dari sistem lain seperti sistem serotonergik.

Bagaimana mengenali tanda-tanda skizofrenia?
Penyakit ini mempunyai beberapa tanda dan gejala, yang paling sering antara lain adalah Waham; yaitu suatu keyakinan yang salah yang tidak sesuai dengan latar belakang sosial budaya serta pendidikan pasien, namun dipertahankan oleh pasien dan tidak dapat ditangguhkan. Beberapa pasien skizofrenia mempunyai keyakinan bahwa ada seseorang atau beberapa orang yang berniat jahat terhadap pasien. Ada pula pasien yang yakin bahwa ia adalah orang yang istimewa, seperti raja atau nabi dan mempunyai kekuatan yang istimewa juga.
Halusinasi ; gangguan persepsi ini membuat pasien skizofrenia dapat melihat sesuatu atau mendengar suara yang tidak ada sumbernya. Halusinasi yang sering terdapat pada pasien adalah halusinasi auditorik (pendengaran). Terkadang juga terdapat halusinasi penglihatan dan halusinasi perabaan.
Siar pikiran yaitu pasien merasa bahwa pikirannya dapat disiarkan melalui alat-alat bantu elektronik atau merasa pikirannya dapat dibaca oleh orang lain. Terkadang pasien dapat mengatakan bahwa dirinya dapat berbincang-bincang dengan penyiar televisi maupun radio. Beberapa pasien juga mengatakan pikirannya dimasuki oleh pikiran atau kekuatan lain atau ditarik/diambil oleh kekuatan lain
Selain gejala di atas yang merupakan gangguan terhadap isi pikiran dan persepsi pasien, manifestasi gangguan skizofrenia juga terdapat pada proses pikirnya. Pada beberapa pasien terutama yang akut atau jenis skizofrenia hebefrenik terdapat proses pikir yang sangat kacau atau terdapat asosiasi longgar. Orang awam lebih sering menyebut sebagai pembicaraan yang ngaco atau ngawur. Seringkali terdapat ketidakserasian antara isi pikiran dengan mood yang dapat kita lihat dari ekspresi pasien saat bercerita tentang keadaan dirinya. Perilaku gaduh gelisah pada pasien skizofrenia biasanya merupakan reaksi terhadap waham (biasanya waham paranoid) dan halusinasi auditorik yang bersifat memerintah

Apa yang harus dilakukan ?
Penatalaksanaan gangguan jiwa secara umum dilihat dengan memakai pendekatan Biopsikososial yang artinya bahwa gangguan jiwa tidak hanya melibatkan satu faktor saja namun ketiga faktor yaitu biologi (genetik), psikologi dan sosial . Penelitian mengungkapkan adanya faktor genetik yang berperan terjadinya penyakit ini. Dalam wawancara selalu ditanyakan adanya riwayat keluarga yang mempunyai gangguan jiwa. Selain itu telah diketahui dari penelitian bahwa skizofrenia mempunyai dasar kelainan biologi yang kuat. Dalam hal ini adalah adanya hiperaktivitas dari sistem dopamin di dalam otak. Sehingga pengobatan sangat diperlukan bagi penderita skizofrenia. Harus diperhatikan dalam pemakaian obat-obatan antipsikotik, bahwa untuk episode pertama maka diharapkan pasien dapat makan obat tanpa putus selama kurang lebih 1 tahun. Nantinya akan dilihat perkembangan oleh psikiater yang merawat apakah perlu dilanjutkan atau dihentikan. Bila dilanjutkan maka biasanya hanya dalam dosis pemeliharaan yang biasanya lebih kecil daripada dosis awal. Bila pasien sudah mengalami beberapa episode bahkan mempunyai kecenderungan berulang kali kambuh dalam jangka waktu yang pendek (biasanya ditetapkan 1 tahun) maka biasanya obat yang diberikan akan bertahan sekitar 3-5 tahun atau seumur hidup.
Ketakutan dari keluarga adalah pasien akan mengalami ketergantungan obat. Hal ini salah karena penyakit skizofrenia haruslah dianggap seperti layaknya penyakit lain seperti jantung dan hipertensi yang juga membutuhkan pengobatan seumur hidup. Konsep ketergantungan sendiri sering disalahartikan pasien sebagai layaknya ketergantungan terhadap narkoba. Sehingga beberapa pasien memutuskan untuk berhenti berobat dan akhirnya terkadang kambuh kembali dengan keadaan yang lebih berat daripada saat awal penyakit ini. Padahal biasanya dalam pengobatan akan terjadi penurunan dosis sampai dosis minimal yang dapat menghilangkan gejala skizofrenia itu sendiri.
Selain dengan psikofarmaka, pengobatan skizofrenia juga melibatkan semua pihak dari keluarga. Hal ini untuk mencegah keberulangan penyakit yang sering. Beberapa kepustakaan mengatakan bahwa ekspresi emosi (disingkat EE) keluarga sangat berperan dalam keberulangan penyakit skizofrenia. Ekspresi emosi adalah segala tindakan yang dianggap dapat menyudutkan pasien dan menjadikan suatu tekanan yang dapat memicu keberulangan penyakit ini. Contohnya adalah harapan atau tuntutan yang terlalu besar terhadap pasien, sikap menyalahkan, membatasi pergaulan pasien karena merasa malu, atau memperlakukan pasien seenaknya karena dianggap sudah tidak punya perasaan. Terapi okupasi membantu pasien untuk dapat mengisi hari-harinya dengan aktivitas yang berguna dan kalau mungkin menghasilkan. Gejala negatif yang seringkali muncul sesudah masa akut terlewati dapat dibantu dengan terapi jenis ini. Keluarga juga diharapkan aktif dalam melibatkan pasien sebanyak mungkin dalam aktivitas keluarga.
Dengan penatalaksanaan yang tepat maka pasien skizofrenia dapat hidup secara normal seperti pasien-pasien lainnya. Banyak di antara mereka yang dapat berhasil menyelesaikan pendidikan dan dapat bekerja pada orang lain atau berwiraswasta. Beberapa di antaranya dapat menikah dan mempunyai keluarga. Tanggalkanlah stigma yang mengerikan dari mereka. Jangan anggap mereka berbahaya dan mengancam kelangsungan hidup orang di sekeliling mereka. Sebenarnya merekapun sama seperti manusia lain. Kita semua dapat mulai belajar melepaskan sedikit-demi sedikit stigma tersebut dengan mengawali tidak menyebut mereka dengan istilah ORANG GILA.

Kamis, 14 Agustus 2008

Siaran Radio di SONORA

On Air di Radio SONORA 92.0 FM
Topik : PSIKOSOMATIK
Hari/Tanggal : Kamis/21 Agustus 2008
Jam : 09.00 - 10.00

Jumat, 01 Agustus 2008

Fakultas Kedokteran Masih Jadi PIlihan

Dini hari tadi diumumkan hasil SNMPTN alias Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri. Ternyata peminat Fakultas Kedokteran masih menempati tempat teratas dibandingkan dengan ilmu studi lain. Bidang lain yang diminati selain Kedokteran adalah Teknik Informatika, Farmasi dan Desain Grafis.Tentunya sangat menarik melihat hal ini, di tengah-tengah besarnya biaya pendidikan kedokteran yang semakin tinggi karena tuntutan fasilitas, fakultas kedokteran masih menjadi favorit calon mahasiswa negeri.Saya menjadi ingat akan diri saya sendiri beberapa tahun yang lalu. Di masa akhir sekolah menengah atas saya baru menentukan pilihan saya untuk menjadi seorang dokter. Itupun kalau saya diterima di Fakultas Negeri karena keuangan yang tidak memungkinkan bila harus masuk swasta. Saya berpikiran saat itu lebih baik tidak menjadi dokter bila harus kuliah di Swasta yang uang masuknya saja berpuluh juta. Untuk itu pilihan saya jatuh ke Universitas Indonesia dan Universitas Diponegoro. Beruntung sekali saya dapat diterima di FKUI sehingga mimpi menjadi dokter rasanya akan menjadi kenyataan.Saya masih merasakan murahnya pendidikan dokter, walaupun memnag bila dibandingkan dengan beberap tahun sebelum saya, masih lebih mahal biaya yang ditanggung angkatan saya saat itu (1997). Tapi saya tidak mengeluarkan uang sampai lima juta untuk masuk FKUI saat itu. Lepas pendidikan dokter umum membuat saya berpikir untuk segera meneruskan pendidikan Spesialis di FKUI juga dan mengambil bidang Kedokteran Jiwa. Saat itu saya berpikir menjadi dokter umum itu tidaklah keren dan kurang gengsinya dibandingkan dengan dokter spesialis.
Dokter Pasti Kaya?
Rasanya pendapat di atas sering ditunjukkan kepada dokter. Selain memiliki posisi terhormat di masyarakat terutama di daerah-daerah yang masih kurang dokternya, profesi ini juga menjamin orang yang menggelutinya tidak akan kekurangan bila mau berusaha. Sama sepertinya kiat ini buat semua jurusan, tapi independensi seorang dokter membuat dia lebih tidak tergantung orang lain untuk mendapatkan nafkah. Guru saya pernah berkata, sebenarnya menjadi dokter itu tidak akan pernah bisa terlalu kaya bila mengikuti aturan yang berlaku. Sebab menurut beliau kalau dokter kaya itu biasanya akan dikompensasikan dengan banyaknya waktu yang harus dialokasikan untuk praktek saja. Kenyataannya memang banyak dokter-dokter senior yang bisa praktek sampai dini hari karena tidak mampu menolak pasien. Ini sangat berbeda dengan beberapa negara tetangga kita seperti Malaysia dan Singapura yang membatasi jumlah pasien yang bisa ditangani oleh seorang dokter. Hal inilah yang sering dikeluhkan pasien kalau dokter Indonesia kurang komunikatif karena selalu terburu-buru. Tentu saja akan terburu-buru karena kalau tidak pasien akan tidak terlayani dan si dokter tidak bisa tidur. Tapi untuk mencapai hal tersebut sebenarnya dokter akan merintis dari bawah bukan berlangsung tiba-tiba. Jadi kalau baru saja lulus jangan harapkan langsung mendapatkan uang yang banyak.
Masih Pekerjaaan Mulia
Semua orang mengakui bahwa menjadi dokter adalah suatu pekerjaan mulia. Bahkan pakar Marketing seperti Hermawan Kartajaya pun berpendapat demikian. Ini dikarenakan karena pekerjaannya berhubungan dengan sesuatu yang sangat berharga bagi manusia yaitu Kesehatan. Tanpa kesehatan sekaya apapun orang itu tidak akan berguna. Tapi tentunya menjadi dokter yang mulia tidaklah gampang, harus ada suatu komitmen terus menerus yang tidak kenal henti dari si dokter. Berhubungan dengan begitu banyak pasien tentunya tidak akan selalu memberikan hasil yang diharapkan pasien. Namun si dokter harus terus berusaha meningkatkan kemampuannya dalam mengobati pasien yang datang kepadanyaSaya berharap calon-calon teman sejawat yang akan menempuh pendidikan dokter dapat terus memaknai nilai-nilai yang terkandung dalam profesi mulia ini. Jangan hanya berpikir untuk menjadi kaya bila ingin menjadi dokter karena kalian akan kecewa. Jangan pula berpikir untuk segera "Balik Modal" sesaat setelah menjadi dokter nanti karena ini akan menjebak anda dalam praktek kedokteran yang tidak etis. Semoga niat baik kita semua yang ingin menjadi Dokter selalu terpelihara sepanjang masa

Senin, 28 Juli 2008

Apakah Ryan Mengalami Gangguan Jiwa?

Belakangan ini kita kembali dihebohkan oleh kasus pembunuhan berantai yang dilakukan oleh Ryan, pemuda asal Jombang. Orang tidak pernah menyangka bahwa ada seorang manusia yang mampu melakukan perbuatan sekeji itu. Apalagi hal itu dilakukan sepertinya tanpa ada rasa penyesalan dari si pelaku.
Banyak orang kemudian berpendapat apakah Ryan mengalami gangguan jiwa. Sebagian lagi lebih asyik menilik apakah orientasi Ryan yang dikatakan homoseksual menjadi latar belakang terjadinya pembunuhan yang sadis seperti itu

Gangguan Kepribadian Antisosial
Banyak ahli jiwa berpendapat di koran tentang apa yang terjadi pada kejiwaan Ryan. Banyak yang mengatakan kalau Ryan adalah seorang Psikopat. Sebenarnya istilah Psikopat sendiri tidak terdapat dalam pedoman diagnosis gangguan jiwa baik di dalam DSM-IV TR keluaran The American Psychiatric Association ataupun ICD-10 keluaran WHO. Yang lebih merujuk kepada istilah Psikopat itu adalah Gangguan Kepribadian Antisosial. Sebagaimana namanya, maka Gangguan Kepribadian masuk dalam kategori Gangguan Jiwa. Gangguan Kepribadian Antisosial memiliki beberapa ciri yang penting
a. Individu menunjukkan suatu perilaku yang tidak taat norma yang berlaku secara sosial, hukum dan agama. Hal ini menyebabkan tindakannya berkali-kali merupakan tindakan melanggar hukum dan dapat membuat si individu ditahan atas perbuatannya
b. Seringkali berbohong dan bersifat manipulatif demi mendapatkan keuntungan dari orang lain
c. Impulsif dan tidak mampu merencanakan hal-hal ke depan
d. Mudah tersinggung dan agresif sehingga mudah terlibat perkelahian dengan orang lain
e. Ceroboh yang membawa hal yang membahayakan bagi diri dan orang lain
f. Tidak mempunyai tanggung jawab akan tindakannya
g. Tidak mempunyai hati nurani sehingga tidak merasa bersalah ketika menyakiti atau merugikan orang lain

Gangguan ini bahkan dapat dimulai pada masa kanak sampai dewasa lanjut. Seperti gangguan kepribadian yang lain, biasanya individu tidak merasa adanya suatu masalah dalam diri dia sampai orang lain mengeluh tentang tindakannya. Hal ini menyebabkan jarang pasien dengan gangguan kepribadian yang datang berobat ke ahli kesehatan jiwa. Gangguan kepribadian antisosial sering dihubungkan perilaku masa kanak yang sering memperlakukan binatang dengan sadis dan suka bermain api. Penyebab pastinya sampai saat ini belum jelas namun dipikirkan adanya faktor genetik yang berperan. Gangguan ini tidak berhubungan dengan orientasi seksual dari si pelakunya, jadi apakah dia homoseksual atau heteroseksual tidak ada perbedaan

Apakah Ryan Dapat Dihukum?
Banyak orang mengatakan dan berpendapat apakah Ryan menderita gangguan jiwa? Kalau iya apakah ia dapat dihukum karena perbuatannya.Tentunya Ryan dapat diproses secara hukum yang berlaku di Indonesia.Dahulu orang sering merujuk pada KUHP pasal 44 yang menyatakan bahwa "Orang yang sakit atau terganggu jiwanya tidak dapat dihukum" maka kita perlu hati-hati dalam menerapkan pasal ini.
Pakar Psikiatri Forensik Dr.Wahyadi Darmabrata,SpKJ dalam bukunya Psikiatri Forensik mengatakan bahwa saat ini untuk menilai apakah seorang yang mengalami gangguan jiwa dapat dihukum atau tidak adalah apakah dia mampu mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Dalam kasus Ryan, kita mengetahui bahwa Ryan sangat pintar dalam mengelabui petugas dan menciptakan alibi. Dia juga tahu bahwa ada konsekuensi hukum akan perbuatannya sehingga dia menyembunyikan korban-korbannya. Lagipula motif untuk menguasai harta korbannya sangat kentara pada tindakan Ryan sehingga hal ini membuat kita berpikir memang Ryan tahu akan perbuatannya dan dapat mempertanggungjawabkannya secara hukum.Semoga di kemudian hari kasus-kasus seperti ini tidak akan terjadi lagi. Pesan saya mungkin adalah jangan ragu bagi anda dan orang di sekitar anda untuk berkonsultasi dengan seorang ahli kesehatan jiwa jika terdapat gangguan kesehatan jiwa bahkan dalam taraf yang masih minimal sekalipun. Jangan sampai sesal di kemudian hari

Penulis adalah Psikiater Keminatan Psikosomatik, dapat dihubungi di email : andri_dr@rsgm.co.id

Kamis, 24 Juli 2008

Seminar Untuk Orang Tua Murid

Hadiri Seminar Untuk Orang Tua Murid
Tema " Mengenal Perkembangan Anak dan Permasalahan Di Baliknya"
Hari/Tanggal : Sabtu/26 Juli 2008
Waktu : 08.00 - 09.30
Tempat : KB/TK EFATA Vila Melati Mas, Serpong, Tangerang
Pembicara : Dr.Andri,SpKJ (Psikiater Keminatan Psikosomatik)

Senin, 21 Juli 2008

Siaran Radio Tentang Psikosomatik

WOMEN RADIO 94,3 FM
Rabu, 23 Juli 2008 Jam : 14.00-15.00
Topik : Gangguan Citra Tubuh
Narasumber : dr.Andri,SpKJ (Psikiater Keminatan Psikosomatik)

Sabtu, 19 Juli 2008

Pasien Miskin Ditolak RSCM, Benarkah ?

Pasien miskin di tolak RSCM. Berita ini ramai dibicarakan beberapa hari belakangan ini. Pasien miskin yang katanya mencapai puluhan pasien itu akhirnya harus menginap di kantor Lembaga Bantuan Hukum yang memang letaknya berdekatan dengan RSCM. Berita ini kemudian menimbulkan suatu polemik yang selalu ada bila berkaitan dengan pasien miskin. Mampukah sebenarnya pemerintah lewat RS yang dipunyainya memberikan pelayanan kepada pasien miskin. Jawabannya tergantung dari sistem yang digunakan oleh pemerintah itu.
Sebagai seorang yang pernah bekerja selama 7 tahun bekerja di RSCM, baik sebagai Ko asisten saat menjalani pendidikan dokter umum dan saat menjadi residen ilmu kedokteran jiwa di tempat yang sama, saya memahami benar apa yang terjadi di RSCM berkaitan dengan pasien miskin. Sebagai garda terdepan pelayanan ke pasien, saya dan teman-teman sejawat sering mendapati kasus-kasus rujukan dari RS daerah lain yang kebetulan juga miskin.
Permasalahan menjadi rumit ketika pengiriman pasien itu tanpa menanyakan terlebih dahulu ke RSCM akan adanya tempat tersedia di bangsal RSCM. Di lain pihak, pemerintah lewat Depkes mengatakan kalau RSCM tidak boleh menolak pasien. Lalu kalau kapasitasnya memang tidak ada , mau dirawat di mana pasien tersebut?
Kita harusnya mengetahui kalau RS manapun mempunyai kapasitas maksimal yang dapat ditempati. Hal ini juga berlaku bagi RSCM. Satu hal yang membebani adalah keharusan menerima pasien itu, apalagi pasien rujukan dari daerah yang kurang spesialisasinya. Tapi ada juga rujukan yang disebabkan karena pasien adalah pasien miskin. RS lain tidak mau menerimanya dan RSCM memang terkenal sebagai RS Pusat Rujukan Nasional Untuk Orang Miskin. Satu yang perlu digarisbawahi adalah bahwa RSCM juga punya kapasitas maksimal. Sehingga ketika sekarang ini dengan pembongkaran ruang rawat lama (IRNA A dan IRNA B) kapasitas rawat akan berkurang, walaupun ada Public Wing yang baru saja diresmikan. Itu pula yang membuat akhirnya pasien seolah tidak terima oleh RSCM. Sebenarnya bukan tidak diterima tapi tidak bisa diterima karena tidak ada tempat untuk menampungnya.
Saran saya untuk ke depan adalah pemerintah harus memperkuat sistem rujukan terutama untuk RS Daerah tipe B dan C. Jangan semua pasien dikirim ke RSCM. Kita harus kembali ke definisi awal didirikannya RSCM sebagai RS Umum Pusat Rujukan Nasional. Jadi kalau memang masih bisa dilakukan di RS tipe B dan C yah tolong dilakukan di sana perawatannya. Bila memang RS Daerah itu tersebut kekurangan tenaga, saya rasa itu bisa diusahakan dengan penambahan tenaga dokter spesialis yang lebih banyak lagi di daerah.
Semoga berita RSCM TOLAK PASIEN MISKIN tidak akan ada lagi di kemudian hari.

Rabu, 16 Juli 2008

Siaran Radio Tentang Psikosomatik

Bulan Juli ini adalah Bulan Psikosomatik di Radio. Dalam jangka satu bulan ini, saya telah ON AIR di dua radio yaitu Heartline FM dan I RADIO.
Senang sekali bisa diundang oleh mereka tanpa membawa nama RS. Ini berarti mereka sudah mulai tertarik dengan isu Kesehatan Jiwa dan Psikosomatik, karena saya diundang bukan karena membeli Slot Waktu Siar tapi sebagai Ahli di bidang Psikosomatik.
Semoga dengan ini masyarakat semakin mengerti tentang Gangguan Psikosomatik dan bagaimana menanganinya.

Jumat, 11 Juli 2008

Seminar Presentation


I was giving a free paper presentation "The Source of Anger,Combining Psychotherapy with Psychopharmacology" APAP Meeting 2008, Jakarta







Kesehatan Jiwa Milik Semua

Setiap orang berhak untuk mendapatkan kesehatan. Itu merupakan suatu hak asasi yang paling mendasar. Hanya saja kecenderungan manusia untuk memperhatikan fisiknya mempengaruhi dia untuk berpikir tentang kesehatan jiwanya. Padahal kesehatan fisik dan jiwa merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan.
Ilmu kedokteran sebenarnya telah lama mengaplikasikan hal ini ke dalam suatu bidang ilmu yang disebut Psikosomatik. Hanya saja perkembangannya kemudian tidak berjalan sebagaimana seharusnya terutama di Indonesia.
Untuk hal itu anda seharusnya jangan takut bila berkunjung ke dokter ahli kesehatan jiwa atau psikiater. Pengalaman saya di praktek mempunyai pasien dari berbagai kalangan bukan hanya pasien "Gila" yang sebenarnya salah kaprah penyebutannya.
Kesehatan jiwa adalah hal yang sangat penting dalam kualitas hidup manusia. Sehingga seharusnyalah anda ikut menjaganya dengan baik

Kamis, 10 Juli 2008

Acara Seminar Awam

Seminar Awam untuk Ibu dan Bapak
Tema "Mengenali Perkembangan Anak dan Permasalahannya"
Hari/Tanggal : Sabtu/ 26 Juli 2008
Jam : 08.00-10.00 wib
Tempat : KB/TK EFATA, Vila Melati Mas
Pembicara : dr.Andri,SpKJ ( Dokter di Klinik Kesehatan Jiwa dan Psikosomatik RS Global Medika )

Jumat, 27 Juni 2008

Andri atau Andri Suryadi

Jika anda iseng memasukkan nama Andri di situs pencari seperti GOOGLE atau YAHOO maka anda dapat menemukan karya-karya tulis saya. Bila anda teliti lebih lanjut lagi maka ada beberapa karya tulis yang memakain nama Andri Suryadi sebagai penulisnya. Lalu samakah Andri dan Andri Suryadi?
Semuanya ini berawal ketika saya mulai menerbitkan pertama kali tulisan saya di majalah. Nama saya terlahir dengan ANDRI tanpa ada embel2 lain, namun karena membuat email itu harus memakai nama Keluarga (Surename) maka saat itu yang terpikir memasukkan nama ayah yang bernama Edi Suryadi ke dalam nama family itu. Hasilnya adalah ketika mengirimkan karangan atau tulisan lewat email, maka si penerima email akan melihat nama saya sebagai ANDRI SURYADI.
Sejak saat itulah nama Andri Suryadi menjadi nama alias saya bila menulis di koran terutama sekali adalah SUARA PEMBARUAN. Tidak dapat dipungkiri nama itu juga yang saya gunakan ketika berkorespondensi dengan teman-teman seminat di American Psychosomatic Society dan Academy of Psychosomatic Medicine.
Jadi tidak usah bingung dengan nama itu, seperti kata Shakespeare "Apalah artinya sebuah nama" Maka ketika anda membaca artikel tentang Kesehatan Jiwa dan Psikosomatik yang ditulis oleh Andri maka itu lah saya....
Andri atau Andri Suryadi ???? Sama saja

Rabu, 25 Juni 2008

Sekilas Tentang Psikosomatik

Mengapa Kita Memerlukan Kedokteran Psikosomatik?
To improve the psychiatric care of patients with complex medical, surgical, obstetrical and neurological conditions
(American Board of Medical Specialties (ABMS) March 2003)

Untuk meningkatkan perawatan psikiatri atau kesehatan jiwa pada pasien-pasien dengan gangguan medis, bedah, kandungan dan saraf yang kompleks
(Dewan Kedokteran Spesialis Amerika, Maret 2003)

Pasien Apa Yang Bisa Berobat Ke Klinik Psikosomatik ???
- Pasien dengan penyakit medis, penyakit saraf atau penyakit bedah yang kondisinya akut atau kronis yang memiliki gangguan psikiatrik dan gangguan itu secara bermakna mempengaruhi perawatan dan kualitas hidup pasien. Contoh dari keadaan ini misalnya pasien diabetes (penyakit gula) yang mengalami depresi. Depresi pada penyakit diabetes bisa disebabkan karena seringkali penyakit ini menurunkan kemampuan pasien sebagai individu. Selain itu juga dalam bidang psikosomatik, terbukti adanya kaitan antara peran sistem dalam tubuh penderita diabetes yang memicu terjadinya depresi. Pasien luka bakar yang hebat juga bisa membuat si penderita merasa tidak mampu lagi menghadapi hidup. Seringkali pasien seperti ini jatuh ke dalam kecemasan dan depresi karena ketakutan akan hidupnya di masa depan. Pasien stroke juga sering kali (25%) mengalami depresi setelah serangan stroke-nya. Hal ini dapat diakibatkan karena kerusakan otak juga karena adanya cacat atau ketidakmampuan yang menetap akibat stroke
- Pasien dengan gangguan somatoform (pernah dibicarakan pada edisi pertama buletin ini) atau gangguan psikologis yang mempengaruhi kondisi fisiknya. Gangguan ini seringkali tidak disertai dengan bukti-bukti fisik yang mendukung adanya gangguan pada fisik pasien. Gangguan seperti inilah yang dahulu sering disebut sebagai gangguan psikosomatik. Contoh keadaan ini adalah ketika pasien mengeluh mengalami rasa sakit di seluruh tubuh yang berpindah-pindah yang ternyata dari hasil pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan lain tidak ditemukan sesuatu yang bermakna dapat menjelaskan keadaan sakitnya. Kasus seperti ini banyak ditemukan pada pasien gangguan depresi dan gangguan cemas. Pasien dengan dengan gangguan psikiatrik yang merupakan hasil langsung dari penyakit yang dideritanya saat ini. Contohnya adalah demensia (pikun). Pasien demensia yang berat dapat mengalami gangguan psikologis dan perilaku. Kadang-kadang terdapat perilaku kacau tidak beraturan atau merasakan mendengar suara-suara halusinasi. Gejala-gejala seperti ini sering dialami apalagi dengan kondisi medis yang kurang baik

Jumat, 06 Juni 2008

Mengapa Takut Pergi Ke Psikiater?

Banyak orang menganggap bahwa konsultasi ataupun berobat ke psikiater atau dokter ahli kesehatan jiwa hanya perlu bagi orang-orang yang mempunyai penyakit jiwa berat atau bahasa awamnya sudah GILA. Hal ini tidak hanya terjadi di kalangan masyarakat tapi bahkan di kalangan sejawat dokter sendiri.Tidak banyak yang mengetahui bahwa kesehatan jiwa bukan sesempit demikian. Maka cukup melegakan ketika ada seorang ibu pasien yang mengatakan "Mengapa semua tetangga dia bingung saat dia mengajak anaknya datang ke psikiater untuk berkonsultasi masalah sekolah", dikira tetangganya, anaknya telah sakit dan mengalami gangguan jiwa berat.Padahal menurut si Ibu yang sebelumnya lama tinggal di Surabaya dan Semarang, di daerah tersebut Psikiater banyak berperan dalam konsultasi rumah tangga, sekolah, keluarga dan hal-hal lain. Tidak beda seperti meminta penjelasan dari seorang Pengacara tentang kasus hukum.Maka jangan takut untuk berkonsultasi ke Psikiater bila memang diperlukan

Kamis, 29 Mei 2008

Gangguan Panik

Gangguan Panik merupakan salah satu gangguan jiwa yang sering terdapat pada pasien-pasien yang berkunjung ke bagian kesehatan jiwa. Gejalanya yang juga sangat mirip dengan serangan jantung membuat pada awalnya pasien biasa datang ke Gawat Darurat atau ke dokter spesialis jantung/penyakit dalam.
Gang guan panik didiagnosis bila dalam waktu sebulan terakhir telah terjadi lebih dari 3 (tiga) kali serangan panik. Serangan panik ini terjadi tiba-tiba, dan di antara serangan panic tersebut pasien merasa khawatir jika dirinya mengalami keadaan itu lagi (kecemasan antisipasi). Serangan panic ini juga telah mengganggu fungsi pasien baik pribadi dan sosial.
Di bawah ini dituliskan gejala-gejala serangan panik yang biasa terdapat pada pasien. Bila pasien mengalami 5 dari gejala ini yang berlangsung tiba-tiba dan berlangsung lebih kurang 10 menit, maka dia dapat dikatakan mengalami serangan panik.
1. Jantung berdebar dan peningkatan denyut jantung
2. Berkeringat
3. Badan terasa gemetar atau berguncang
4. Perasaan napas yang pendek
5. Perasaan seperti tercekik
6. Sakit dada atau perasaan tidak nyaman
7. Mual atau merasa tidak enak di perut
8. Merasa pusing, tidak stabil, kepala terasa ringan atau pingsan
9. Perasaan tidak nyata, merasa diri dan lingkungan seperti asing
10. Takut kehilangan kontrol atau menjadi gila
11. Takut mati
12. Kesemutan atau seperti baal
13. Rasa seperti terbakar atau kepanasan

Jika anda mengalami gejala tersebut sering dan disertai gangguan fungsi pribadi dan sosial, anda seharusnya segera berobat ke dokter kesehatan jiwa. Dokter kesehatan jiwa pertama kali akan menyingkirkan terlebih dahulu adanya kemungkinan diagnosis penyakit jantung atau penyakit yang dapat memberikan gejala-gejala mirip seperti serangan panik seperti gangguan tiroid (gondok). Bila semua sudah disingkirkan maka diagnosis gangguan panik dapat ditegakkan.
Pengobatan gangguan panik meliputi pengobatan dengan obat dan psikoterapi. Biasanya pasien akan mendapatkan obat dalam jangka waktu tertentu (minimal 3 bulan) sambil terus dilatih agar bila serangan paniknya datang, pasien dapat mengatasinya. Pasien gangguan panik biasanya juga mempunyai latar belakang masalah psikologis yang nyata sehingga dokter kesehatan jiwa akan berusaha membantu pasine mengatasi hal tersebut.
Jangan malu untuk berkonsultasi dengan dokter kesehatan jiwa bila mengalami gangguan panik.

Jumat, 25 April 2008

Depresi Pasca Melahirkan

Setelah 39 minggu mengandung, akhirnya si kecil tiba juga dalam kehidupan Anda.
Semua orang ikut berbahagia dan Anda pun dituntut untuk terlihat bahagia sebagai
ibu baru bagi sang bayi imut yang tidak berdaya. Tetapi mengapa Anda justru
merasa sedih dan bingung? Jika si kecil menangis, Anda tidak merasa ingin
melindungi dan membuatnya nyaman justru turut menangis dan merasa tidak
berdaya. Rasa bersalah juga kerap datang, merasa Anda bukan orang tua yang baik
dan tidak becus dalam mengurus anak.

Baby Blues
Merasa kenal dengan skenario di atas? Mungkin yang Anda alami adalah baby blues
pasca melahirkan. Ibu yang baru melahirkan bisa merasakan perubahan mood yang
cepat dan berganti-ganti (mood swing), kesedihan, suka menangis, hilang nafsu
makan, gangguan tidur, mudah tersinggung, cepat lelah, cemas dan merasa
kesepian. Baby blues dapat terjadi segera setelah kelahiran, tetapi biasanya akan
berlalu dalam beberapa hari hingga beberapa minggu.
Gejalanya juga tidak terlalu berat dan bisa diatasi dengan meminta pengertian dari
pasangan untuk menemani di masa-masa sulit atau meminta bantuan dari pihak
keluarga atau sahabat untuk menemani dan menghibur sang ibu yang sedang
mengalami baby blues.
Kalau mungkin, cara yang lebih baik untuk melewati masa ini adalah mengobrol
dengan sesama ibu (baru atau lama) dan melakukan terapi kelompok informal
sehingga si ibu tidak lagi merasa sendirian dalam menghadapi masalahnya. Setelah
baby blues berlalu, Anda bisa merasakan nikmatnya menjadi seorang ibu.
Tetapi waspadai segera jika perasaan-perasaan negatif tidak juga hilang, malah
semakin parah. Penelitian menyebutkan bahwa sekitar 10 sampai 20 persen wanita
mengalami depresi setelah melahirkan. Depresi pasca melahirkan ini selain dapat
membuat penderitaan batin untuk si ibu, dapat juga merenggangkan hubungan
dengan pasangan dan bisa menyebabkan menurunnya fungsi sosial dan kualitas
hidup si ibu. Bahkan penelitian terbaru menunjukkan kalau ibu yang depresi bisa
menyebabkan gangguan emosional dan kognitif pada bayinya yang baru lahir.

Depresi Pasca Melahirkan
Depresi pasca melahirkan tidak selalu terjadi segera setelah melahirkan, dapat
terjadi kapan saja dalam waktu setahun setelah melahirkan. Namun lebih sering
terjadi satu bulan setelah melahirkan. Perbedaan paling mencolok antara baby blues
dan depresi pasca melahirkan adalah pasien dengan depresi akan mengalami
gangguan lebih lama dan memerlukan pengobatan segera. Tanda dan gejalanya pun
lebih berat daripada baby blues.
Gejala dan tanda yang timbul pada depresi pasca melahirkan sama dengan gejala
depresi umum; mood yang depresif, kehilangan minat dan rasa senang, aktifitas
motorik yang menurun, kehilangan atau penambahan berat badan yang sangat
terlihat tanpa diet, insomnia atau malah banyak tidur, merasa lelah setiap hari,
perasaan tidak berharga atau perasaan bersalah yang berlebihan, sulit
berkonsentrasi, pemikiran tentang kematian bahkan munculnya ide bunuh diri.
Pada satu penelitian di Hongkong pada wanita-wanita berdarah Asia, gejala yang
paling sering muncul adalah mood yang depresif, mudah menangis, kehilangan
minat dan kesenangan, menarik diri secara sosial, insomnia, kehilangan nafsu
makan, kurang konsentrasi, perasaan tidak berguna dan tak berdaya. Sering juga
dialami oleh pasien depresi pasca melahirkan rasa sakit fisik seperti sakit kepala atau
nyeri di punggung. Muncul ide menyakiti diri atau bahkan bunuh diri memang
muncul pada 15 persen responden, tetapi jarang terjadi pelaksanaan dari ide ini.
Penyebab Depresi Pasca Melahirkan
Telah banyak penelitian yang mencoba mencari faktor yang bisa menyebabkan
depresi pasca melahirkan. Beberapa di antaranya adalah:
• Depresi selama kehamilan
• Rasa rendah diri
• Stress dalam mengurus anak-anak
• Kecemasan sebelum melahirkan
• Hidup yang penuh tekanan
• Dukungan sosial rendah
• Kehidupan perkawinan kurang baik
• Riwayat depresi sebelumnya
• Bayi rewel atau bermasalah
• Baby blues
• Tingkat ekonomi yang rendah
• Kehamilan yang tidak direncanakan
Faktor-faktor di atas telah terbukti memiliki hubungan dengan depresi pasca
melahirkan. Contohnya, tingginya angka depresi sebelum melahirkan berhubungan
dengan tingginya angka depresi sesudah melahirkan, begitu juga sebaliknya. Tetapi
hubungan ini tidak selalu berarti bahwa depresi sebelum melahirkan dapat
menyebabkan depresi pasca melahirkan. Tetapi ada beberapa faktor yang hampir
selalu menyebabkan depresi pasca melahirkan, seperti misalnya, kurangnya
dukungan sosial.
Meskipun banyak pendapat menyatakan bahwa perubahan hormonal pasca
melahirkan dapat menyebabkan depresi pasca melahirkan, tetapi sedikit bukti yang
menunjukkan kedua hal ini berhubungan secara langsung. Beberapa penelitian
bahkan gagal untuk mencari hubungan antara perubahan hormon dan depresi pasca
melahirkan. Tetapi hal ini bukan berarti bahwa hormon tidak memiliki andil dalam
munculnya depresi pasca melahirkan. Penelitian menunjukkan bahwa ada sebagian
wanita yang sensitif terhadap perubahan hormonal dalam tubuhnya, baik selama
maupun setelah melahirkan.
Mencari Pertolongan
Pada dasarnya perawatan depresi pasca melahirkan sama dengan pasien depresi
pada umumnya; melalu psikoterapi dan farmakoterapi. Kalau depresinya termasuk
ringan, pilihan pertama adalah konseling psikologis dan intervensi sosial sesuai
dengan kebutuhan pasien. Apalagi kalau penyebab depresi tersebut karena tekanan
psikososial dan kurangnya dukungan dari keluarga dan sahabat. Pada kasus depresi
ringan, dengan dukungan dan bantuan seluruh anggota keluarga terhadap sang ibu
dapat memperbaiki gangguannya. Psikoterapi interpersonal juga dapat memperbaiki
hubungan dengan anggota keluarga lain yang pada akhirnya berguna bagi
kesembuhan pasien depresi pasca melahirkan.
Pada kasus yang lebih berat, perawatan dengan antidepresan mungkin diperlukan.
Di masa lalu, penggunaan antidepresan trisiklik sangat luas dalam perawatan depresi
sebelum dan setelah melahirkan. Tetapi saat ini dikenal antidepresan golongan baru
seperti SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitors) dengan efek samping
penenang yang rendah bisa menjadi pilihan bagi ibu yang tidak menyusui. Dengan
efek samping penenang yang rendah ini memungkinkan ibu menjaga bayinya di
malam hari.
Perhatian ekstra perlu diberikan bagi ibu yang mengalami depresi tetapi tetap ingin
menyusui bayinya. Fluoxetine dianggap aman bagi ibu hamil dan menyusui pada
beberapa penelitian. Walaupun demikian, penggunaan obat antidepresan untuk
pasien depresi pasca melahirkan tetap harus dipertimbangkan matang-matang
untung dan ruginya. Beberapa penelitian menyatakan bahwa pengobatan secara
psikologis sama efektifnya dengan farmakoterapi. Konsultasikan lebih lanjut kepada
dokter Anda untuk perawatan yang paling cocok untuk Anda.

Artikel ini pernah dimuat di majalah Health Today edisi Okt'06