Pasien miskin di tolak RSCM. Berita ini ramai dibicarakan beberapa hari belakangan ini. Pasien miskin yang katanya mencapai puluhan pasien itu akhirnya harus menginap di kantor Lembaga Bantuan Hukum yang memang letaknya berdekatan dengan RSCM. Berita ini kemudian menimbulkan suatu polemik yang selalu ada bila berkaitan dengan pasien miskin. Mampukah sebenarnya pemerintah lewat RS yang dipunyainya memberikan pelayanan kepada pasien miskin. Jawabannya tergantung dari sistem yang digunakan oleh pemerintah itu.
Sebagai seorang yang pernah bekerja selama 7 tahun bekerja di RSCM, baik sebagai Ko asisten saat menjalani pendidikan dokter umum dan saat menjadi residen ilmu kedokteran jiwa di tempat yang sama, saya memahami benar apa yang terjadi di RSCM berkaitan dengan pasien miskin. Sebagai garda terdepan pelayanan ke pasien, saya dan teman-teman sejawat sering mendapati kasus-kasus rujukan dari RS daerah lain yang kebetulan juga miskin.
Permasalahan menjadi rumit ketika pengiriman pasien itu tanpa menanyakan terlebih dahulu ke RSCM akan adanya tempat tersedia di bangsal RSCM. Di lain pihak, pemerintah lewat Depkes mengatakan kalau RSCM tidak boleh menolak pasien. Lalu kalau kapasitasnya memang tidak ada , mau dirawat di mana pasien tersebut?
Kita harusnya mengetahui kalau RS manapun mempunyai kapasitas maksimal yang dapat ditempati. Hal ini juga berlaku bagi RSCM. Satu hal yang membebani adalah keharusan menerima pasien itu, apalagi pasien rujukan dari daerah yang kurang spesialisasinya. Tapi ada juga rujukan yang disebabkan karena pasien adalah pasien miskin. RS lain tidak mau menerimanya dan RSCM memang terkenal sebagai RS Pusat Rujukan Nasional Untuk Orang Miskin. Satu yang perlu digarisbawahi adalah bahwa RSCM juga punya kapasitas maksimal. Sehingga ketika sekarang ini dengan pembongkaran ruang rawat lama (IRNA A dan IRNA B) kapasitas rawat akan berkurang, walaupun ada Public Wing yang baru saja diresmikan. Itu pula yang membuat akhirnya pasien seolah tidak terima oleh RSCM. Sebenarnya bukan tidak diterima tapi tidak bisa diterima karena tidak ada tempat untuk menampungnya.
Saran saya untuk ke depan adalah pemerintah harus memperkuat sistem rujukan terutama untuk RS Daerah tipe B dan C. Jangan semua pasien dikirim ke RSCM. Kita harus kembali ke definisi awal didirikannya RSCM sebagai RS Umum Pusat Rujukan Nasional. Jadi kalau memang masih bisa dilakukan di RS tipe B dan C yah tolong dilakukan di sana perawatannya. Bila memang RS Daerah itu tersebut kekurangan tenaga, saya rasa itu bisa diusahakan dengan penambahan tenaga dokter spesialis yang lebih banyak lagi di daerah.
Semoga berita RSCM TOLAK PASIEN MISKIN tidak akan ada lagi di kemudian hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar